Webinar Kewarganegaraan Membangun Indonesia Tangguh di Era Digital Citizenship

Sabtu, 15 Januari 2022 04:50 WIB   Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

 

 

Malang- Sabtu, 15 Januari 2022 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), mengadakan Webinar Kewarganegaraan Digital dalam Rangka Pelaksanaan Kegiatan Kerja Sama Progam Studi PPKn UMM dengan AP3Knl Jatim. Seminar Online atau Webinar 2022 ini betujuan untuk menambah pengetahuan dalam membangun Indonesia yang tangguh di Era Digital Citizenship. Kegiatan Webinar ini dengan mengusung tema ''Pancasila di Era Digital Citizenship Tantangan-Peluang dan Prospeknya Demi Indonesia Tangguh dan Tumbuh''. Kegiatan Webinar ini di buka oleh Kepala Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang, yaitu bapak Drs. Mohammad Mansur Ibrahim, M.H, dengan dipandu oleh bapak Arif Prasetyo Wibowo, M.Pd., M.I.Pol Dosen di jurusan PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang sebagai Moderator kegiatan Webinar ini.

Narasumber yang membawakan materi pertama, yaitu Prof. Dr. Kokom Kumalasari, M. Pd. Dosen PPKn UPI – Kepakaran pada Pembelajaran PPKn, yang membahas tentang Konsep dan Strategi Mewujudkan Kewarganegaraan Digital dalam Pembelajaran PPKn. Beliau mengatakan “Pembelajaran tentunya dengan mengkombinasikan antara tatap muka atau berinteraksi secara langsung dan juga belajar melalui media online. Warga negara digital yang baik itu tidak membully satu sama lain, dapat mematuhi aturan yang berlaku, mampu melindungi orang lain, lalu ketika memposting apapun tentunya harus memilah dan memilih informasi itu fakta atau hanya gosip saja.”

Narasumber yang membawakan materi kedua, yaitu Dr. Nurul Zuriah, M. Si., sebagai Dosen PPKn FKIP UMM – Ketua AP3Knl Jatim, yang membahas materi tentang Profil Pelajar Pancasila dalam konteks Kewarganegaraan Digital peluang dan tantangannya. Beliau mengatakan “Profil Pelajar Pancasila memiliki sikap yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mengenal dan menghargai budaya yang berkebhinnekaan, mampu dalam berkolaborasi dalam kegiatan bergotong royong, pemahaman diri dan situasi, bernalar kritis dalam memperoleh serta memproses informasi dan gagasan, dan juga mampu bersikap kreatif dalam menghasilkan karya serta tindakan yang orisinal.”

Narasumber yang membawakan materi ketiga, yaitu bapak Sugeng Winarno, M. Si., Dosen Ilmu Komunikasi dan Humas Universitas Muhammadiyah Malang, yang akan membahas materi tentang Mewujudkan Kewarganegaraan Digital yang Beradap dalam bermedia sosial. Beliau mengatakan “Netizen Indonesia paling tidak sopan Se-Asia Tenggara. Adab dalam berinteraksi masyarakat Indonesia di media sosial yang masih terbilang buruk, hate speech atau ujaran kebencian masih banyak ditemukan di masyarakat, serta penyebaran berita palsu atau berita hoax masih belum terkendalikan. Berdasarkan Hasil survei Indeks Keadaban Digital atau Digital Civility Index (DCI) dari Microsoft. Penelitian yang dilakukan di 32 negara dan melibatkan lebih dari 16.000 responden. Dari hasil survei diketahui bahwa Indonesia bersama dengan Rusia, Afrika Selatan, dan Meksiko masuk dalam golongan paling tak punya adab di internet.”

Dalam kegiatan webinar ini dihadiri oleh kurang lebih 400 partisipan yang tidak hanya berasal dari Universitas Muhammadiyah Malang saja, tetapi djuga dihadiri oleh beberapa Universitas lainnya dan adapula yang berasal dari beberapa provinsi di Indonesia, yang turut antusias dalam mengikuti kegiatan ini dari awal hingga akhir. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan agar dapat membangun semangat dalam menghadapi era digital modern sekarang yang memanfaatkannya dengan sebaik mungkin, terutama dalam mengembangkan literasi untuk mendapatkan sumber belajar yang tentunya sudah banyak disediakan oleh website yang ada di media sosial. Tidak lupa juga untuk dapat memilah dan memilih informasi yang baik, dan tidak menyebarkan hal-hal buruk di media sosial, karena hal tersebut dapat membuat suatu jejak digital yang akan terus ada hingga masa yang akan datang. 

Shared: